Senin, 27 Juni 2011

Terapi Drakula Bikin Awet Muda


Banyak cara menuju cantik. Terlepas berbagai perawatan alami, sejumlah cara-cara esktrim ditawarkan untuk mengakomodasi mereka yang ingin tampil cantik secara instan. Yang teranyar: terapi drakula.

Terapi drakula merupakan salah satu metode kecantikan yang menjanjikan kulit awet muda dengan suntikan serum yang diformulasikan dari darah pasien itu sendiri.

Metode itu pertama kali diperkenalkan oleh dokter kosmetik asal Prancis, Daniel Sister, sekitar dua tahun silam, di London. Seiring banyaknya pasien yang menjajal, terapi drakula semakin populer di dunia Barat. Sebutan lainnya, Stimulated Self Serum (S3).

Dr Sister terinspirasi metode yang dilakukan dokter gigi selama puluhan tahun yang menggunakan serum untuk regenerasi lapisan gusi. "Saya pikir, jika terapi serum cukup baik untuk tulang dan jaringan lunak seperti gusi, maka saya pikir bisa bekerja bahkan lebih baik di kulit," katanya, seperti dikutip dari Times of India.

Menjanjikan kulit awet muda, suntikan darah itu juga bermanfaatkan menyembuhkan dan mengeringkan luka termasuk jerawat, mencegah keriput, mencerahkan kulit, serta memperbaiki sistem regenerasi kulit. Terapi ini diklaim minim efek samping dibandingkan injeksi sintetik atau laser yang menyakitkan kulit.

Setelah mengambil darah pasien, dokter akan memisahkannya berdasar elemen kunci: sel darah merah, serum dan trombosit. Selanjutkan akan menambahkan vitamin dan asam amino ke dalam serum sebelum menyuntikkannya ke wajah pasien.

Proses tersebut memakan waktu kurang dari 20 menit, tergantung area yang akan disuntik. "Suntikan tidak menambah volume, tetapi merangsang produksi kolagen dan migrasi sel menghilangkan garis-garis, lipatan dan kerutan," katanya.

Menurutnya, terapi dracula memiliki sejumlah keuntungan dibandingkan metode lainnya:
- Menggunakan darah sendiri sehingga memperkecil potensi alergi.
- Terbaik untuk orang yang tidak menyukai produk-produk sintetis.
- Sedikit atau tidak ada pembengkakan, memar atau lumping.
- Tanpa operasi.

Minggu, 12 Juni 2011

Dua Puncak Gunung Dijual di Austria


Dua puncuk di pegunungan Alpen di kawasan Austria dijual dengan harga 121.000 Ero atau sekitar Rp1,7 miliar.

Kedua puncak itu -yang dijual oleh perusahaan real estate pemerintah federal Austria, Bundesimmobiliengesellschaft- berada pada ketinggian 2.600m di Tyrol timur.

Perusahaan itu mengatakan puncak Grosse Kinigat dan Rosskopf menawarkan pemandangan yang amat indah ke arah pegunungan Alpen.

Para calon pembeli diberi waktu hingga tanggal 8 Juli untuk mengajukan penawaran dan sejauh ini sudah tercatat 20 calon pembeli, seperti dilaporkan koran setempat, Kleine Zeitung.

Gila ya...ada yang jual pulau, sekarang malah ada yang jual puncak gunung !!! Mudah2an Indonesia gak pernah jual pulau atau gunung ya, walaupun Kita punya banyak utang... sumber : forum.vivanews

Senin, 06 Juni 2011

Ternyata Sumpit Dayak Lebih Ditakuti daripada Peluru


PADA zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.

Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.

"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (2/6/2011).

Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.

Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.

"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.
Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.
"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana. sumber : vivaforum